Minggu, 27 April 2014

Mau bugar malah menggelepar

Satu jam setelagh olahraga, tingkat permeabilitas membrane sel meningkat tajam. Akibatnya bias merusak jaringan. Olahraga memang membuat tubuh menjadi bugar. Tapi berolahraga tanpa pedoman fisik yang benar ternyata bias merugikan kessehatan tubuh. Bahkan bila dilakukan dengan intensitas tinggi dalam waktu lama, latihan fisik itu dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.

Pada sebuah penelitian pada 30 orang relawan. Respondennya teridri dari 19 sampai 30 tahun. Mereka dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama melakukan latihan aerobic atau latihan ringan dengan sepeda ergometer selama setengah jam. Sedangkan yang lainnya melakukan latihan anaerobic yang lebih berat, yaitu mengayuh sepeda ergometer sekuat-kuatnya sehingga respon denyut jantung di atas denyut jantung defleksi.
Usai latihan dan pendinginan. Ditemukan kadar asam laktat darah(ALD) meningkat sampai 59% . meningkatnya kadar ALD membuat permeabilitas membrane sel menigkat. Akibatnya bahan-bahan yang semestinya tidak boleh melewati membrane sel dapat bebas keluar masuk sel. Pengaturan lalu lintas zat dari luar dan dalam sel jafi tak terkontrol dan bias mengakibatkan kerusakan jaringan. Semakin tinggi intensitas latihan fisik, semakin banyak senyawa oksidan reaktif (SOR) yang tidak dapat dinetralisasi oleh oksidan yang ada dalam tubuh artinya makin tinggi tingkat kerusakan jaringan.
Kerusakan jaringan tubuh terlihat dari meningkatnya kadar enzim creatine phosphokinase (CPK) dan lactic dehydrogenase (LDH) dua enzim yang menjadi tanda rusaknya membrane sel. Dalam penelitian tersebut didapati peningkatan kedua enzim itu mulai menit kelima stelah menjalani senam aerobic dan terus bertambah hingga mennit ke-60. Pada latihan aerobic, peningkatan enzim ini hanya mencapai 20-36% pada menit ke 60, serta pada anaerobic peningkatan menjadi 60%
Ini berarti tingkat permeabilitas membrane sel sangat tinggi setelah latihan fisik. Semakin tinggi intensitas latihan fisik, semakin tinggi produksi SOR, maka makin parah kerusakan pada jaringan. Enzim-enzim yang menandai kerusakn pada jarring ini paling banyak ditemukan dalam otot. CPK ditemukan pada otot rangka, sedangkan LDH ditemukan pada otot jantung, rangka dan hati
Sebenarnya beban latihan fisik yang tinggi akan meerangsang sel otot rangka. Ini akan merangsang pula system antioksidan pada otot-otot, baik tipe cepat maupun lambat. Makin terlatih seseorang, makin tingi respond an dan kapasitas antioksidannya. Masalhnya bagaiman menyussun program latihan yang dapat meningkatkan kondisi fisik dan kemampuan system antioksidan, tanpa harus mengabaikan perusakan jaringan yang diakibatkannya
Karena itu frekuensi dan lamnya latihan olahraga harus dipikirkan para pelatih agar tidak terjadi akumulasi kerusakan jaringan. Bagi atlet yang sedang mengikuti perlombaan berantai dan berlangsung dengan intensitas tinggi seta perlu waktu lama, dapat dipertimbangkan pemberian vitamin-vitamin tertentu. Antara lain vitamin C, E, dan A (beta karoten) dengan mengkonsumsi bahan-bahan ini, tubuh atlet akan terlindungi dari kerusakan jaringan akibat olahraga dengan beban fisik berat seperti lari jarak dekat dan balap sepeda. Tapi untuk mengetahui jumlah vitamin antioksidan yang tepat, tanpa menghambat respond dan adaptasi system antioksidan tubuh, masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
Pembinaan atlet selama ini  hanya didasarkan pada indicator biologis yang berkait dengan kinerja fisik saja, seperti kemampuan neuromuskuler, kardiovaskuler, respirasi dan metabolism energy. Sedangkan indicator biologis yang berkaitan dengan kesehatan jaringan jarang diperhatikan.

Akibat mengabaikan indicator kesehatan jaringan itu, tidak hanya merugikan masa depan atlet. Prestasinya juga bias merosot karenanya. Untuk menghindari kerusakan jaringan, ia menganjurkan agar latihan fisik dilakukan dengan mematuhi prinsip-prinsip dasar latihan. Harmonisasi antara intensitas, dursi, frekuensi dan jenis latihan harus disusun sedemikian rupa agar tidak berdampak pada rusaknya jaringan. Intensitas fisik harusnya dibarengi dengan durasi atau frekuensi latihan yang rendah. Bila diabaikan niat tubuh bigar, malah bisa membuat badan menggelepar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar